BELOPA MY CITY MY HOME I LOVE FULL
zwani.com myspace graphic comments

Selasa, 16 Agustus 2011

ELITE DAERAH: MEMBANGUN VS MENYENGSARAKAN

Andi Sidi Gazalba Wajuanna

Proses pergantian elite-elite daerah selalu membawa harapan dan angin segar untuk mengarah kepada suatu perubahan yang lebih baik dan konstruktif yaitu peningkatan dan perbaikan kehidupan yang layak untuk masyarakat serta pembangunan untuk mendudkung segala kegiatan sosial masyarakat.

Namun dalam perkembangannnya, terjadi berkah yang tercampur (mix blessing). Hal ini karena para elit tidak mempunyai visi yang jelas untuk membangun, kalaupun ada tentu sangat buruk. Bahkan mereka cukup puas dengan kenaikan gaji, tunjangan, subsidi ini dan itu untuk meningkatkan take home pay atau menjadi centeng bagi proyek-proyek para kroni pendukungnya.

Desentralisasi yang merupakan”keramaian politik” yang menghasilkan”fakta elite politik dan ekonomi”. Dan pada akhirnya pengusahan kagetan (dan kapiran) bermunculan, bersekutu dengan elite-elite daerah. Bahkan preman dijadikan alat dan intitusi untuk mengelemitasikan suatu keinginan segelintir elite. Dan mereka ini tak ubahnya seperti anjing piaraan.

Membangun adalah memperbaiki atau membina ke arah sesuatu yang lebih baik dengan menggunakan kerangka acuan serta perhitungan yang matang serta penentuan arah kebijakan yang mudah dicerna dan efektif sehingga mendorong ke arah kesejahteraan masyarakat.

Persoalannya sekarang ini dalah bahwa para elite daerah lebih cenderung selalu mengaktualisasikan dan mengekspresikan sesuatu kehendak dan keinginan tanpa pernah melibatkan msayarakat bawah karena merasa lebih hebat dan berkuasa. Bahkan kebijakan-kebijakan cenderung “mengebiri” masyarakat dalam berusaha, menimbulkan kecurigaan sehingga menimbulkan iklim yang tidak sehat. Dan pada akhirnya bukan kesejahteraan dan keadilan yang didapat tetapi “kesengsaraan “ yang berkelanjutan. Rakyat hanya diberi janji-janji ketika mereka hendak masuk bilik suara, setelah itu dicampakan.

Hal ini memang aneh bin ajaib, dimana seharusnya elite daerah pengabdi masyarakat bukan penguasa masyarakat atau penjual proyek. Dan lebih lucu, ketika merancang APBD, rakyat selalu dijual dan di pertaruhkan tetapi ketika proyek dilakukan tidak satupun yang menyentuh masyarakat. Sungguh tragis memang, tetapi ini realitas bahwa rakyat selalu menjadi isu sentral sekaligus menjadi korban.

Para elite daerah cenderung untuk tidak peduli, pura-pura tuli apa yang terjadi dimasyarakat bahkan kebanyakan mereka bersikap paradoks yaitu bersikap abu-abu, dimana dapat pindah tergantung warna hitam atau putih yang lagi trend. Gaya mereka seperti gaya katak yaitu keatas menyembah, kepinggir menyikut, kebawah menginjak. Elite-elite daerah merupakan antek-antek kapitalis dan yang ada ada dalam mekanisme otaknya adalah proyek dan proyek tanpa pernah sekalipun memikirkan kepentingan rakyat. Dan yang terjadi percampuran antara kebingungan dan penghianatan.

Padahal yang diperlukan untuk membangun adalah mengkomunikasikan gagasan-gagasan kepada masyarakat, sehingga diharapkan tumbuhnya optimisme dan kepercayaan masyarakat, bahwa kita menuju ke arah yang lebih baik, jangan sampai masyarakat menanggung beban yang terlalu berat.

Perlunya pembaharuan berupa perubahan kecepatan transformasi manajemen, distribusi informasi dan orientasi man power ke mind power. Perubahan baik yang bersifat mendasar maupun yang bersifat teknis.

Tidak ada komentar: