BELOPA MY CITY MY HOME I LOVE FULL
zwani.com myspace graphic comments

Minggu, 06 Juni 2010

Zaman Edan


A.S.Gazalba Wajuanna

(Kordinator Front Rakyat Luwu (FORTAL)

Tiap zaman membawa harapan yang berujung kekecewaan. Harapan biasanya ditaruh, di depan tempat paling muluk dalam ruang psikologi pribadi maupun social, dan kekecewaan menyusul sesudahnya. Ketika pada akhirnya, anyaman bagus-bagus tentang apa yang dibayangkan dan semua impian indah ternyata tercampak di batu karang kehidupan nyata yang gersang, getir, sumpek dan gelap.

Tata kehidupan kemasyarakatan dipenuhi suasana kejiwaan serba takut, skeptis, pesimis dan masyarakat kehilangan daya kritis dan nalar yang sehat. Hidup seperti telah kehilangan maknanya sendiri.

Suatu golongan tak lagi mempercayai golongan lain, orang-orang berbeda agama sulit berunding secara terbuka, karena kecurigaan dan permusuhan atas nama Tuhan, ini ironisnya, dianggap jalan suci dan mungkin dianggap kesucian itu sendiri.

Kekerasan antar pribadi, antar kelompok, juga antar kelas, berkembang , kita lalu terbiasa dengan kekerasan sebagai jalan hidup. Perbanditan, perperemanan, peras-memeras di jalanan, dimasyarakat bahkan juga dikantor-kantor, lama-lama menjadi bagian hidup normal.

Aparat keamanan tidak lumpuh, tetapi kelihatan tidak berdaya, dan hukum hanya hidup di dalam kitab-kitab dan dibagian paling idelistis dalam jiwa warga masyarakat yang masih agak waras. Perpolitikan resmi dilembaga-lembaga resmi dan diantara tokoh-tokoh resmi yang memegang kendali kekuasaan dan kotrol atas kekuasaan, terdengar cuma sayup-sayup karena sukar betul membedakan wajah politik dan wajah kriminalitas. Jalan politik dan jalan kriminil berhimpitan rapat, seolah sudah menjadi satu.

Kaum lemah yang terkena perkara, dan harus membela diri, tak tahu ke mana bertanya dan kepada siapa minta perlindungan. Mereka sukar diyakinkan untuk percaya hukum, lembaga hukum dan para ahli hukum.

Pejabat Negara yang bersumpah sebagai orang taqwa dan berjanji lurus dalam segenap sepak terjangnya, hampir semua terperosok dalam lubang kemunafikan. Dan para tokoh tak mau mengakui diri mereka penakut, diam-diam menobatkan ketakutan mereka menjadi kearifan, dan tiap hari mengelus kearifan palsu itu dengan cara seperti dukun mengelus jimatnya.

Segala corak kepalsuan kita junjung tinggi. Kejujuran dengan sendirinya kita tolak. Dikantor-kantor misalnya orang jujur dijauhi, dielakkan dan dibuang jauh-jauh karena dianggap “klilip” berbahaya. Ia tak bisa diajak bersekongkol melakukan kejahatan kolektif.

Sekarang ini merupakan zaman edan, dimana zaman yang kaum terpelajarnya kehilangan kejernihan dan sikap kritis, cenderung membebek orang lain dan malas merumus sendiri artikulasi cerdas dan otensitas pemikiran. Mereka tampak betah dengan kedangkalan cara berpikir dan jangan-jangan sudah tidak berpikir dan tak malu sana-sini mengulang lagi dan lagi gagasan yang membosankan, hingga mereka bagaikan kaset bagi mereka sendiri.

Zaman edan juga ditandai kedangkalan cara memandang Tuhan dan sikap beragama. Para ustadz, guru agama dan rohaniawan memberi contoh salah: beragama hanya berarti sibuk melayani manusia agar memenuhi standar selamat dan bahagia fi dun ya wal akhirah dan sebagian rohaniawan atau mereka yang berlagak rohaniawan, hanya sibuk memperdagangkan agama dalam kancah politik dan tanpa malu mengatasnamakan Tuhan,yang netral, tak memihak, dan tidak berkepentingan dan mengabaikan kewajiban melayani manusia. Kebanyakan kita diajarkan membaca kitab suci untuk orang mati, bukan untuk orang yang hidup yang perlu sandang pangan dan papan secara konkret, perlu dibebaskan dari kebekuan berpikir agar menjadi cerdas secara intelek,emosi maupun spiritual hingga orang yang masih hidup lalu mngubah hidup menjadi lebih dinamik dan mengubah dunia ini menjadi lebih enak dihuni bersama secara nyaman, adil dan manusiawi.

Hidup di zaman edan, Kita semua disibukkan oleh perkara-perkara teknis, mengurus kulit-kulit masalah: cara-cara, aturan, prosedur dan bukan mengurus inti masalah. Ketika membahas hukum, kita bicara pasal-pasal, ketentuan, dan konvensi dan kita lupa akan ruh, atau jiwa hukum itu sendiri yaitu keadilan. Kita terkecoh, ibaratnya sibuk mencari kutu, memperdebatkan prosedur, tapi kita lupa memperjuangkan nasib rakyat yang sedang menderita.

Selebihnya, zaman edan juga ditandai ketidakberdayaan rakyat, kemiskinan, yang setiap saat terjepit, berharap datangnya ratu adil dan cargo cult yang menjawab kemiskinan mereka dibidang materi. Ini materialistis. Maka, demi zaman yang lebih cerah, cerdas dan cerdas secara spiritual, kita diminta mengubah tinggah laku tradisi dan mitos-mitos dan pandangan dunia, yang membikin kita tumpul, dungu dan linglung di zaman edan ini. Semoga kita makin banyak yang mempunyai “ wisdom”, keutamaan budi dan kebijakan.

Kata Bijak: Kehilangan milik tidak begitu penting. Kehilangan kehormatan adalah lebih parah tetapi yang celaka lagi ialah kehilangan keberanian (Goethe)

Minggu, 02 Mei 2010

Mau Dibawa Kemana.....

Kira-kira pertanyaan pada subject diatas cukup pas untuk merekam kondisi perwajahan Indonesia saat ini yg tampak carut marut. Kehidupan sosial, ekonomi dan politik di negara kita diwarnai dengan ketidak pastian serta kemajemukan permasalahan. Pertentangan antar elite sudah begitu memuakkan masing-masing pihak sepertinya sudah melupakan esensi kehadiran mereka di pentas kepemimpinan nasional bahwa mereka hadir bukan untuk "merasa besar", bukan untuk mempertentangkan kepentingan pribadi dan melakukan pembelaan-pembelaan dengan kepanikan terbuka ! Tetapi seharusnya lebih kepada kepercayaan dan kematangan serta kedewasaan berpikir dan bersikap.

Hampir tidak pernah kita dengar lagi perdebatan yg mengedepankan kepentingan umum semuanya bersifat "self centered" orientasi pribadi dan golongan. Sementara keadilan dan penegakan hukum hanya sebatas "lips service" saja, bahkan hanya untuk muntahan peluru yg ditembakkan kepada mereka yg bersebrangan. Semangat memberantas KKN dan Korupsi bukan bagian dari perjuangan antikorupsi tetapi malah pada pembersihan barisan lawan !!! Panggung politik dijadikan sarana pembelaan diri, cuci baju dan bagi-bagi barang dagangan ketimbang penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan itu sendiri.

Capek rasanya kita menyaksikan pementasan drama tanpa ada babak akhirnya....lantas mau dibawa kemana negeri ini ????

Sabtu, 13 Februari 2010

HARAPAN

“Harapan adalah sarapan yang baik, Tetapi makan malam yang buruk.”
– Francis Bacon

Kita harus hidup dengan harapan, tetapi kita tidak bisa hidup menggantung semata pada harapan. Adalah baik untuk berharap yang terbaik. Tetapi hal itu tidak cukup. Kita tidak bisa hanya berharap – kita harus bertindak.

Sangat menyedihkan, bahwa banyak hal digantung berlebihan pada harapan – demi perbaikan nasib. Berharap yang terbaik belum menghasilkan apa-apa. Bekerja dan bertindak – disertai dengan
harapan di dalam hati – adalah hal yang membawa hasil. Kombinasi yang sempurna. Harapan tidak akan mengecewakan – selama hal itu disertai dengan tindakan dan komitmen.
Harapan tidak bisa mengganti tindakan. Kerjakan apa yang harus dikerjakan – ada atau tidak ada harapan. Harapkan yang terbaik dan kerjakan apa saja yang memungkinkan harapan itu terwujud.

Mulai hari baru anda dengan harapan, dan sambung dengan kerja dan karya. Biarkan harapan menginspirasikan anda, ketimbang membuai anda. Harapkan yang terbaik, dan bayar setiap ongkosnya. Harapan bergantung pada ANDA.

Apa yang Memotivasi Para Bilyuner..?
Pernahkah terpikir oleh anda, apa yang memotivasi para bilyuner? Bahkan jauh hari sebelum menjadi bilyuner – kekayaan yang mereka kumpulkan telah mencukupi untuk hidup mereka, anak mereka, cucu mereka, atau bahkan generasi selanjutnya.

Kebanyakan bilyuner adalah pekerja keras. Bangun pagi-pagi – lalu pergi bekerja hingga larut malam. Mereka melakukan itu – tentu bukan lagi karena sekedar mengejar uang. Lalu apa yang mereka kejar? Apakah itu keserakahan? atau kekuasaan? Mungkin. Tetapi secara umum, orang-orang pelit / serakah – jarang beroleh sukses – karena mereka tidak memberi nilai lebih pada orang lain. Kebanyakan bilyuner modern masa kini, tidak menjadi bilyuner karena kikir.

Para bilyuner termotivasi oleh cita-cita mereka. Cita-cita untuk membuat perbedaan, sehingga dunia menjadi berbeda karena mereka ADA. Motivasi ini yang memampukan mereka untuk menjadi bilyuner. Dan karena hal itu pula mereka tetap bisa bekerja keras – sekalipun telah menjadi bilyuner.

Apakah anda ingin hidup seperti seorang bilyuner? Mudah sekali. Berhentilah bekerja hanya untuk sekedar hidup – dan buat perbedaan. Sekalipun di hari terburuk

Hidup adalah kemewahan, hidup adalah kegembiraan – sekalipun di hari terburuk. Kenyataan bahwa anda saat ini hidup sehingga bisa membuat keputusan, bisa melaksanakannya, dan mampu membuat perbedaan – jauh lebih berharga ketimbang segala kesulitan dan kekecewaan yang mungkin menghadang.

Saat dunia gelap – hidup adalah alasan mengapa anda harus menjadi cahaya.

Kualitas hidup anda tidak tergantung pada apa yang anda temui, tetapi pada seperti apa anda setelah melewati segala tantangan. Hari ini adalah hari istimewa – karena anda diperbolehkan masuk ke hari ini. Ada kesempatan untuk tumbuh – dan mencapai cita-cita anda ke segala arah. Bila orang di sekitar anda pencemooh dan pendengki – anda punya kesempatan untuk membuat – bahwa KARENA ANDA – lingkungan anda bisa berubah ke arah lebih baik. Tantangan kesulitan yang ada di depan anda menyembunyikan harta karun nyata yang menunggu untuk digali.

Hati kecil anda sudah mengerti hal ini. Hidup adalah indah – bila anda menerima hidup sebagai kesempatan. Di mana pun anda, apapun yang anda hadapi, ambil keputusan untuk menikmati keindahan itu setiap hari. Dan saat anda mengambil pilihan ini – dunia di sekeliling anda pun akan menjadi lebih baik.