BELOPA MY CITY MY HOME I LOVE FULL
zwani.com myspace graphic comments

Senin, 06 Agustus 2012

Berdebat untuk Menolak Harta


         Ada dua orang saleh yang terlibat transaksi jual beli tanah. Si pembeli mengolah tanahnya untuk ditanami, tetapi tiba-tiba ia menemukan sebuah bejana yang berisi penuh perhiasan emas. Ia memang seorang yang sangat wara’ (berhati-hati terhadap barang yang syubhat, apalagi yang haram), karena merasa bukan miliknya, ia membawa bejana berisi emas tersebut kepada penjual tanah, dan berkata, “Aku menemukan bejana berisi emas ini di tanah yang aku beli, ini pasti milikmu, ambillah!!”
            Sang penjual tanah, selain saleh ia juga sangat wara’ seperti halnya si pembeli tanah itu, ia berkata, “Saya menjual tanah dan segala apa yang ada di dalamnya, jadi perhiasan-perhiasan itu memang milikmu!!”
            “Tidak bisa,” Kata pembeli tanah lagi, “Aku hanya berniat (dan berakad) membeli tanahmu, dan tidak membeli emas-emasmu!!”
            Penjual tanah berkata, “Emas itu engkau temukan setelah tanah itu menjadi milikmu, jadi ia memang milikmu, bukan milikku!!”
            Begitulah, mereka terus berdebat untuk menolak memiliki bejana berisi perhiasan emas yang nilainya (harganya) tentu sangat tinggi. Hal itu mereka lakukan semata-mata karena tidak ingin ‘kemasukan’ dan memakan barang syubhat, yang akhirnya akan sangat menyulitkan mereka di yaumul hisaab kelak.
            Karena masing-masing tidak mau ‘mengalah’ untuk memiliki perhiasan-perhiasan tersebut, mereka membawa perkaranya ke seorang Hakim. Setelah masing-masing menceritakan permasalahan dan argumennya, sang Hakim hanya menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya, tetapi tampak sekali kekagumannya. Setelah berfikir sejenak, ia berkata, “Apakah kalian mempunyai anak!!”
            Salah seorang berkata, “Saya mempunyai anak laki-laki!!”
            Satunya lagi berkata, “Saya mempunyai anak perempuan!!”
            Sang Hakim berkata, “Nikahkanlah anak-anak kalian, dan berikan bejana berisi emas itu kepada mereka untuk bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya!!”
            Mereka berdua menerima solusi yang diputuskan Hakim, dan menikahkan anak-anak mereka.

Seorang Pendosa yang ‘Memprotes’ Allah


     Pada masa Nabi Musa AS, ada seorang lelaki dari umat beliau yang seringkali melakukan maksiat, tetapi tidak lama setelah itu ia bertaubat kepada Allah. Sayangnya lelaki ini masih ‘terkalahkan’ dengan hawa nafsu dan angan-angannya sehingga ia selalu mengulangi maksiat-maksiatnya. Namun demikian kesadarannya selalu muncul dan ia kembali bertaubat kepada Allah. Hal seperti itu terus berulang-ulang dilakukannya hingga duapuluh tahun lamanya.
      Suatu ketika Allah berfirman kepada Nabi Musa tentang lelaki itu, “Wahai Musa, katakanlah kepada hamba-Ku si fulan bahwa Aku murka kepadanya!!”
            Nabi Musa menyampaikan firman Allah tersebut kepadanya, dan ia jadi sangat bersedih. Dalam kekalutannya karena dimurkai Allah, ia lari ke tengah padang yang luas. Di sana ia berseru, “Ya Allah, sudah habiskah rahmat-Mu, ataukah maksiatku membahayakan diri-Mu? Ya Allah, sudah habiskah simpanan maghfirah (ampunan)-Mu, ataukah Engkau telah kikir dengan hamba-hamba-Mu yang berdosa, dosa manakah yang lebih besar daripada ampunan-Mu? Ya Allah, kemuliaan ada di antara sifat-sifat-Mu yang qadim (telah ada sejak awal dan selalu ada, tidak akan pernah berakhir), sedangkan kehinaan ada di antara sifat-sifatku yang hadist (baru, diadakan/diciptakan dan akan berakhir), bagaimana bisa sifatku mengalahkan sifat-sifat-Mu? Ya Allah, apabila telah Engkau halangi hamba-Mu dari rahmat kasih-Mu, maka kepada siapa lagi mereka akan mengharapkan? Apabila Engkau telah menolak mereka, maka kepada siapa lagi mereka akan mengadu? Ya Allah, kalau memang rahmat-Mu telah habis, dan tidak ada jalan lagi kecuali dengan menyiksa aku, maka pikulkanlah kepadaku semua siksaan yang akan Engkau timpakan kepada semua hamba-hamba-Mu, aku ingin menebus mereka dengan diriku!!”
    Tidak ada yang diucapkannya dalam pelarian dan penyendiriannya di padang luas itu, kecuali kalimat-kalimat dalam seruan/munajatnya tersebut. Ia diliputi dengan penyesalan sehingga terlupa, tidak pernah lagi, atau tidak sempat lagi berbuat maksiat. Setelah berlalu beberapa waktu lamanya, Allah berfirman kepada Nabi Musa, “Hai Musa, pergilah engkau kepada hamba-Ku si fulan di padang sana, dan katakan kepadanya : Seandainya dosamu memenuhi bumi, Aku akan tetap melimpahkan ampunan kepadamu, setelah engkau mengenali-Ku dengan kekuasaan-Ku yang sempurna, ampunan dan rahmat-Ku yang tiada batasnya!!”
    Memang, semua pertanyaan atau pernyataan dalam munajatnya tersebut, jawabannya adalah tidak atau tidak ada, dan itu benar-benar diketahuinya, dan ia sangat meyakini kebenaran itu. Inilah suatu tingkat ma’rifat (pengenalan) kepada Allah yang dicapainya ketika ia ‘tenggelam’ dalam penyesalan atas dosa-dosanya, yang sedikit atau banyak berperan juga dalam mengundang ampunan Allah.
             Dalam suatu kesempatan, Nabi SAW pernah menyabdakan, bahwa tidak ada suatu suara yang lebih dicintai Allah daripada suara seorang hamba yang berdosa, kemudian bertaubat, dan ia sangat sering menyeru atau menyebut nama-Nya, “Ya Allah, ya Allah,…ya Tuhanku, ya Tuhanku (ya Rabbii, ya Rabbii)!!”
            Maka Allah akan menjawab seruannya, walau hamba itu sendiri tidak mendengar-Nya, “Ya, ya, (labbaik, labbaik) wahai hamba-Ku, mintalah yang engkau kehendaki, engkau di sisi-Ku seperti sebagian malaikat-malaikat-Ku, Aku berada di sisi kananmu, di sisi kirimu, di atasmu dan sangat dekat dengan isi harimu!! Wahai para malaikat-Ku, saksikanlah, sesungguhnya Aku telah mengampuninya!!”
            Dalam kesempatan lainnya, Nabi SAW juga bersabda, “Sesungguhnya ada seorang hamba yang melakukan suatu dosa, kemudian ia masuk surga dengan sebab dosa itu!!”
            Para sahabat yang berkumpul di sekitar beliau tampak keheranan, dan salah satunya berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana itu bisa terjadi??”
            Dengan tersenyum Nabi SAW bersabda, “Karena yang terpampang di depan matanya hanyalah bertaubat dari dosa itu, dan ia terus saja berlari darinya (dari dosa itu) hingga akhirnya ia sampai di surga!!”