BELOPA MY CITY MY HOME I LOVE FULL
zwani.com myspace graphic comments

Senin, 28 Februari 2011

NASIB NEOLIB DI INDONESIA

Bahwa, neoliberalisme telah memporak-porandakan kehidupan ekonomi dan politik Indonesia menuju kehancuran kedaulatan negara. Menyerahkan kehormatan bangsa, untuk terwujudnya neo-kolonialisme, dan hal itu jelas melanggar semangat Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, yang sesungguhnya “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan”.

Semakin melebarnya kesenjangan ekonomi Indonesia membuktikan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia tidak berpihak kepada rakyat, meski ekonomi Indonesia tumbuh 6,1% tahun ini. Pertumbuhan ekonomi, hanya ditopang oleh konsumsi masyarakat, terutama masyarakat kaya. Sedangkan, kontribusi industri terhadap pertumbuhan ekonomi justru turun.

Kesenjangan yang melebar ini membuktikan juga bahwa program-program pemerintah tidak mendorong kesejahteraan rakyat. Semua kegiatan itu, hanya kamuflase pemerintah yang seakan-akan mendorong kepentingan rakyat.

Krisis ekonomi keuangan di Amerika Serikat, Kawasan Uni Eropa, dan persoalan pangan di Kawasan Timur Tengah, merupakan bukti nyata bahwa sistem neoliberalisasi perlu dievaluasi dan dekonstruksikan bagi perekonomian negara dan kawasan.

Penyadaran tentang penjajahan modern (neo-kolonialisme), perlu semarakan. Agar, resesi global terhadap ketidak-keadilan global dapat dimusnakan dari muka bumi ini. Jika dunia internasional, mengkumandangkan “deterrence for nuclir”. Maka, kita juga harus mengkumandangkan ‘deterrence for Neoliberalism”

Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia merupakan wadah untuk memperjuangkan nilai bahwa neoliberalisasi dan kolonialisme telah menjadi persoalan sistemik dalam kehidupan ekonomi dan politik dunia, khususnya Indonesia. Hal itu, Perlu ada suatu tindakan yang bersifat kolektif untuk melawan rezim ideologi dunia, terlebih lagi Indonesia.

Globalisasi bukan momok tetapi merupakan kekuatan serakah dari sistem kapitalisme-liberalisme yang harus dilawan dengan kekuatan ekonomi-politik nasional yang didasarkan pada ekonomi rakyat. Semasa krismon kekuatan ekonomi rakyat telah terbukti mampu bertahan.

Ekonomi rakyat benar-benar tahan banting.

Survey Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (Sakerti) 3 (Juni – Desember 2000) membuktikan hal itu dengan menunjukkan 70% rumah tangga meningkat standar hidupnya. Krismon memang lebih menerpa orang-orang kota dan menguntungkan orang-orang desa.

Bagi kebanyakan orang desa tidak ada krisis ekonomi. Kesan krisis ekonomi memang dibesar-besarkan oleh mereka yang tidak lagi mampu “berburu rente” (rent seekers) yang bermimpi masih dapat kembalinya sistem ekonomi “persaingan monopolistik” yang lebih menguntungkan sekelompok kecil orang/pengusaha kaya tetapi merugikan sebagian besar golongan kecil ekonomi rakyat.

Tidak ada komentar: